Tembang Asmarandana memiliki arti cinta yang berapi-api, diambil dari kata (asmara) yang berarti cinta dan (dahana) yang berarti api. Tembang Asmaradana ditujukan untuk orang yang sedang dimabuk asmara, yang umumnya dialami pada fase manusia dimasa remaja yang telah mengenal cinta terhadap (pasangannya) lain jenisnya. Maka dari itu Tembang Asmaradhana berisikan kisah percintaan dan hal-hal yang berkaitan dengan kisah asmara muda-mudi. Asmaradana juga dapat diartikan rasa cinta, cinta terhadap sesama manusia (laki-laki maupun perempuan) yang semua itu sudah menjadi kodrat Tuhan YME.
Tembang Asmaradana memiliki Guru Gatra: 7 baris setiap bait (Artinya tembang Asmaradana ini memiliki 7 larik atau baris kalimat).
Guru Wilangan Tembang Asmaradana yaitu: 8, 8, 8, 8, 7, 8, 8 (Artinya baris pertama terdiri dari 8 suku kata, baris kedua berisi 8 suku kata, dan seterusnya), dan Guru Lagu Tembang Asmaradana yaitu: a, i, e, a, a, u, a (Artinya baris pertama berakhir dengan vokal a, baris kedua berakhir vokal a, dan seterusnya).
Contoh Tembang Asmaradana
1) Kidung kedresaning kapti,
Yayah nglamong tanpa mangsa,
Hingan silarja jatine,
Satata samaptaptinya,
Raket rakiting ruksa,
Tahan tumaneming siku,
Karasuk sakeh kasrakat.
(Rangga Warsita, Serat Jayengbaya)
Atinya:
Nyanyian kesungguhan hati,
Seolah meracau tanpa kenal waktu,
Hingga keselamatan yang paling hakiki,
Selalu siap hatinya,
Menghadapi rangkaian gangguan,
Kuat menghadapi kemarahan,
Menerima semua penderitaan.
2) Sang dyah sukune mung siji
Atenggak datanpa sirah
Ciri bengkah pranajane
Tinalenan jangganira
Sinendhal ngasta kiwa
Ngaru ara denya muwus
Sarwi kekejek kekitrang
Artinya:
Sang dyah kakinya hanya satu
Tanpa leher tanpa kepala
Ciri bengkah dadanya
Lehernya ditali
Disendal tangan kiri
Berbicara dia kemana-mana
Bermacam-macam tingkah lakunya
3) Kitab Musarar inganggit,
Duk Sang Prabu Joyoboyo,
Ing Kediri kadhatone,
Ratu agagah prakosa,
Tang ana kang malanga,
Parang muka samya teluk,
Pan sami ajrih sedaya.
(Jaya Baya, Ramalan Musabar)
Artinya:
Kitab Musarar dibuat,
Saat Sang Prabu Jaya baya,
Di Kediri keratonnya,
Raja yang gagah perkasa,
Tidak ada yang berani,
Musuh pada takluk,
Semua pada takut.
4) Milane sinungan sakti,
Bathara Wisnu punika,
Anitis ana ing kene,
Ing Sang Prabu Jaya Baya,
Nalikane mangkana,
Pan jumeneng Ratu Agung,
Abala para narendra.
(Jaya Baya, Ramalan Mubasar)
Artinya:
Karena dianugerahi kesaktian,
Batara Wisnu itu,
Menitis di sini,
Menitis pada Sang Prabu Jaya Baya,
Pada saat itu,
Sang Prabu menjadi raja Agung,
Pasukannya raja-raja.
5) Wusnya mangkana winari,
Lami-lami apeputra,
Jalu apekik putrane,
Apanta sampun diwasa,
Ingadekaken raja,
Pagedhongan tanahipun,
Langkung arja kang nrgara.
(Jaya Baya, Ramalan Musabar)
Artinya:
Akhirnya ada berita begini,
Lama-lama berputra,
Lelaki yang tampan,
Setelah beliau dewasa,
Dijadikan raja,
Tanahnya di Pagedhongan,
Lebih sentosa negaranya.
6) Maksihe Bapa anenggih,
Langkung suka ingkang rama,
Sang Prabu Jaya Bayane,
Duk samana cinarita,
Pan arsa katamiyan,
Aja pandhita saking Rum,
Nama Sultan Maulana.
(Jaya Baya, Ramalan Musabar)
Artinya:
Masih bapa menemui,
Lebih menyenangkan hati ayahnya,
Sang Prabu Jaya Baya,
Waktu itu diceritakan,
Akan mendapat tamu,
Seorang pandita dari Rum,
Bernama Sultan Maulana.
7) Ngali Samsujen kang nami,
Sapraptane sinambrama,
Kalawan pangabektine,
Kalangkung sinuba-suba,
Rehning tamiyan raja,
Lan sejejinis puniku,
Wenang lamun ngurmatana.
(Jaya Baya, Ramalan Musabar)
Artinya:
Namanya adalah Ngali Samujen,
Kedatangannya disambut dengan baik,
Dengan penghormatannya,
Lebih disambut dengan disubya-subya,
Karena tamu itu seorang raja,
Dan lain bangsa,
Memang pantas dihormati.
Sugeng angudi ngelmu
Komentar
Posting Komentar