Tembang Durma berasal dari kata “darma/weweh” (berderma/memberikan sumbangan). Sifat alami manusia apabila telah merasa berkecukupan maka kemudian timbul rasa welas asihnya kepada sesama yang sedang diterpa masalah.Oleh karena itu, kemudian timbul perusaan iba dan ingin memberikan sumbangan kepada sesama. Karena itu memang sudah menjadi watak manusia yang ingin selalu berderma akibat dari welas asih hatinya.
Pandangan lain mengatakan istilah Durma merupakan kepanjangan dari "munduring tata krama", dan sepertinya pandangan tentang pengertian Durma inilah yang lebih sesuai dengan watak dan karakter tembang durma. Tembang Durma menggambarkan sifat karakter manusia yang sedang lalai, congkak, sombong, dan ingin menang sendiri. Masa seperti ini biasanya sering dialami manusia dewasa yang telah mendapatkan kesuksesan, kejayaan dan hingga lupa diri.
Tembang Durma memiliki watak amarah, keras, sombong, dan penuh hawa nafsu.
Aturan guru gatra, guru lagu dan guru wilangan Tembang Durma yaitu:
12a-7i-6a-7a-8i-5a-7i
Artinya:
a. (Guru gatra = 7) Durma memiliki 7 larik atau baris kalimat.
b. (Guru wilangan = 12, 7, 6, 7, 8, 5, 7) Kalimat pertama berjumlah 12 suku kata, dan seterusnya hingga kalimat ke tujuh sesuai urutan memiliki jumlah suku kata tersebut diatas.
c. (Guru lagu = a, i, a, a, i, a, i) Akhir suku kata setiap kalimatnya bervokal a, i, a, a, i, a, i.
Syair Tembang Durma dalam Serat Panji Raras antara lain sebagai berikut.
Tembang Durma
1) Lumayua lan arimu dipun enggal,sang retna anahuri,
bibi emah-eman,
kembange akeh megar,
dupeh sarpa gigi lani,
lag ngarah apa,
ni randha duk miarsi.
2) Kontrangkantring saking marase kalintang,
dhuh aduh anak mami,
age lumayua,
yata kang kawuwusa,
wonten gegaman geng prapti,
jawing taman,
ingkang hadarbebaris,
3) Nateng Siyem kalawan nateng Manila,
prapta tunggiling kardi,
harsa amisesa,
marang randha Dhadhapan,
yata risang sarpa uning,
yen praptanira,
rising narpati kalih.
4) Minger medah Sang Retna Galuh tinilar,
sang naga prapteng jawi,
sedya ananggulang,
praptane kang gegaman,
laju sumebut dhatengi,
krura angakak,
gora reh gigirisi,
5) Wadya bala Siyem kalawan Manila,
kagyatira tan sipi,
mundur tur uninga,
marang narendranira,
yen wonten sarpa gang prapti,
saking jro taman,
galak anerak baris.
6) Rajeng Siyem Manila angatag wadya,
kinen angrubut jurit,
pinrih patinira,
nyana sarpa wantahan,
punggawa kinen mangarsi,
kang prawireng prang,
keh sikep gada bindi.
7) Risang sarpa uninga pinagut yuda,
sumebut andhatengi,
sumembur wisanya,
kadya riris sumebar,
wadya bala anadhahi,
surak gumerah,
lan tengara tinitir.
Sugeng angudi ngelmu
Komentar
Posting Komentar