Tembang Macapat Sinom

 

Tembang Sinom berasal dari sebuah kata "sinom" (dalam bahasa Jawa) yang berarti pucuk daun yang baru tumbuh dan bersemi. Tembang sinom ini menggambarkan fase manusia yang sedang tumbuh dan tengah beranjak dewasa, yaitu pada masa pubertas ketika seorang anak mengalami perubahan fisik dan pematangan fungsi-fungsi seksual. Pada masa ini serorang anak sedang mengalami perubahan psikologis, seorang anak biasanya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, menentang kemapanan karena dirasa membelenggu kebebasannya dan masa dimana seorang anak sedang mencari identitas dalam diri mereka.

Watak Tembang Sinom yaitu bertema kesabaran dan keramahtamahan. Tembang ini biasanya digunakan untuk memberikan wejangan dan nasehat-nasehat yang baik.

Tembang Sinom memiliki Guru Gatra: 9 baris setiap bait (Artinya tembang Sinom ini memiliki 9 larik atau baris kalimat).

Guru Wilangan Tembang Sinom yaitu: 8, 8, 8, 8, 7, 8, 7, 8, 12 (Artinya baris pertama terdiri dari 8 suku kata, baris kedua berisi 8 suku kata, dan seterusnya). Dan Guru Lagu Tembang Sinom yaitu: a, i, a, i, i, u, a, i, a (Artinya baris pertama berakhir dengan vokal a, baris kedua berakhir vokal i, dan seterusnya).

Contoh Tembang Sinom


l) Amenangi jaman edan
Ewuh aya ing pambudi
Melu edan nora tahan
Yen tan melu anglakoni
Boya keduman melik
Kaliren wekasannipun
Dilalah kersa Allah
Begja-begjane kang lali
Luwih begja kang eling lawan waspada
(Ranggawarsita, Serat Kalatidha)

Artinya:
Mengalami zaman gila
Sulit dalam pikiran
lkut gila tidak tahan
Kalau tidak ikut melakoni
Tidak dapat bagian apa-apa
Kelaparan akhirnya
Untungnya kehendak Allah
Sebaik-baiknya orang lupa
Lebih beruntung yang senantiasa ingat dan waspada

2) Mangkya darajating praja
Kawuryan wus sunyaruri
Rurah pangrehing ukara
Karana tanpa palupi
Atilar silastuti
Sujana sarjana kelu
Kalulun kala tidha
Tidhem tandhaning dumasi
Ardayengrat dene karoban rubeda
(Rangga Warsita, Serat Kalatida)

Artinya:
Keadaan negara waktu sekarang
Sudah semakin merosot
Situasi telah menjadi rusak
Karena sudah tidak ada yang diikuti lagi
Banyak orang yang meninggalkan aturan-aturan lama
Orang cerdik terbawa arus kala tida (zaman yang penuh keraguan)
Suasana menandakan situasi yang mencekam
Karena dunia penuh dengan gangguan

3) Ratune ratu utama
Patihe patih linuwih
Pra nayaka tyas raharja
Panekare becik-becik
Parandene tan dadi
Paliyasing kala bendhu
Mandar mangkin andadra
Rubeda angribedi
Beda-beda ardaning wong sanegara.

Artinya:
Rajanya termasuk raja yang utama
Patihnya patih yang mempunyai kelebihan
Semua anak buahnya berhati baik
Pemuka-pemuka masyarakat baik
Namun semuanya itu tidak menjadi
Oleh karena daya zaman kala bendu
Bahkan semakin menjadi-jadi
Gangguan merepotkan
Berbeda-beda pikiran dan kehendak orang dalam satu negara.

4) Katetangi tangis sira
Sira sang paramengkawi
Kawileting tyas duhkita
Kataman ing reh wirangi
Dening upaya sandi
Sumaruna anerawung
Mangimur manuhara
Met pamrih melik pakoleh
Temah suka ing karsa tanpa wiweka.

Artinya:
Saat itulah hatinya menangis
Dia dalang sang pujangga
Diliputi hati yang sedih
Mendapat hinaan dan malu
Akibat perbuatan seseorang
Semula orang tersebut memberi harapan
Menghiu hatinya
Mempunyai keinginan untuk memperoleh sesuatu
Sehingga sang pujangga karena terlalu gembira tidak waspada.

5) Dasar karoban pawarta
Bebaratan udan lamis
Pinudya dadya pangarsa
Wekasan malah kawuri
Yen pinikir sayekti
Mundhak apa aneng ngayun
Andhedher kaluputan
Siniraman banyu lali
Lamun tuwuh dadi kekembanging beka.

Artinya:
Dasar hanya mendengar berita
Ibaratnya hanya kabar dimulut
Akan ditempatkan sebagai pejabat
Akhirnya malah ketipu
Kalau dipikir dengan benar
Apa gunanya menjadi pemimpin
Hanya membuat kesalahan
Disiram hati yang lupa diri
Hanya akan menjadi buah bibir belaka.


Sugeng angudi ngelmu


Komentar